Breaking News

(Bagian Pertama) Menggagas Emeritus Club; Ruang Pemikiran dan Beragam Ide para Mantan Kepala Daerah

 

Menggas Emeritus Club. Banyak kepala daerah baru dengan berbagai latar belakang dan tokoh politik dan pengusaha. Sementara banyak mantan bupati, walikota, dan gubernur yang sarat pengalaman yang bisa berbagi  untuk kemajuan daerah. (Foto Yurnaldi/AjarDetik.com)

 

Laporan YURNALDI

PADANG, AJARDETIKS.COM – Ketika banyak pemimpin muda, kepala daerah –wali kota, bupati, dan gubernur  muda , termasuk wakil wali kota, wakil bupati, dan wakil gubernur  terpilih dan diberi amanah oleh rakyat, apakah ada jaminan pembangunan berjalan dengan baik dan kehidupan masyarakat jauh lebih baik dari sebelumnya?

Jika didengar suara masyarakat, seolah mereka dalam kepasrahan. Ada ungkapan, “ada dan atau tak ada bupati, wali kota, dan gubernur, nan masyarakat ka coitu juo”. Sikap seperti ini,bisa jadi bentuk kepasrahan, yang pada akhirnya bisa menyebabkan rakyat kurang partisipasinya. Di mana mereka, pemimpin yang diberi amanah, sibuk  mencari bagaimana “balik modal” dan setelah itu “bagaimana bisa terpilih sekali lagi, untuk periode kedua”.

Kondisi seperti ini tentu tak elok. Apalagi ada yang diam-diam seperti berseteru. Pemimpin sekarang berpantang melanjutkan program bupati/wali kota/gubernur sebelumnya. Tanpa ada keinginan untuk meneruskan program yang sudah disepakati dan dirancang bersama ke dalam program pembangunan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Di sisi lain, mantan bupati/ wali kota/ gubernur yang sudah makam asam garam dalam membangun daerah, ada lima tahun, 10 tahun, bahkan ada yang 15 tahun , setelah jadi kepala daerah, tak lagi dianggap siapa-siapa. Bahkan, mantan kepala daerah yang juga pernah jadi menteri atau jabatan lain untuk mengurus negara, kadang dibiarkan dalam kesendirian. Tak lagi dimintai pandangan, dimintai pendapat, dan dimintai gagasan, ide an sebagainya untuk menyelesaikan suatu persoalan yang urgen dan/atau pelik.

Maklum,  sebagian besar kepala daerah karena berasal dari tokoh politik, dan atau pengusaha, mungkin masalah birokrasi, masalah bagaimana mengelola daerah, mengelola anggaran, dan mendapatkan dana dan banyak lainnya, belum begitu paham. Sebab, jika salah langkah bisa saja kena hujat atau karena ada “barisan sakit hati”,  bisa saja dibuatkan titian parakuak. Intinya, supaya hal yang dikhawatirkan ini tak terjadi, tak ada salahnya memanfaatkan pemikiran para emeritus leader, pemimpin yang sudah makan asam garam mengelola daerah dan berprestasi nasional.

Itulah inti masalah dan fakta yang disimpulkan dari pertemuan para penggagas Emeritus Club dan diskusi  terbatas dengan Ganawan Fauzi – mantan Bupati Solok, mantan Gubernur Sumatera Barat, dan mantan Mendagri. Dan wartawan senior dan penulis buku Hasril Chaniago, Minggu dan Senin (14-15 April 2025), bertempat di Katagiaan Resto, Jalan Olo Ladang di kawasan Pantai Padang.

Pada hari Minggu diskusi terbatas hadir penggagas antara lain Marlis, Sam Salam, Syamsu Rahim, Hasnul, Jasman Rizal, Ade Edwar, Hasnul, dan Sutan Muhammad Yusuf . Kemudian, diskusi terbatas hari Senin (15/4/2025) menghadirkan narasumber Gamawan Fauzi dan Hasril Chaniago. Hadir Marlis, Syamsu Rahim, Sam Salam, Ade Edwar, Sutan Muhammad Yusuf,  Jasman Rizal, Sastri Baky, dan sempat datang sebenar Bupati Dharmasraya Annisa Suci Ramadhani.

Marlis mentakan, mantan kepala daerah adalah aset intelektual dan strategis yang sering terabaikan. Padahal mereka punya pengalaman langsung memimpin birokrasi, mengelola anggaran, bernegosiasi dengan DPRD, menghadapi dinamika sosial politik, hingga menjalin relasi dengan pusat dan kalangan dari pihak swasta.

“Bahkan, mereka sudah tahu dan paham medan dan jebakan-jebakan kebijakan yang mungkin belum terbayangkan oleh pejabat baru. Nah, dengan adanya forum Emeritus Club, para kepala daerah baru yang minim pengalaman mengurusi birokrasi dan mengelola berbagai elemen dalam masyarakat bisa belajar banyak dari pengalaman mereka, terutama untuk menghindari kesalahan-kesalahan klasik di tahun-tahun awal masa jabatan,” jelas Marlis.

Penggagas Emeritus Club. (Foto Yurnaldi/Ajardetiks.com)
 

Kemudian, para mantan kepala daerah pasti punya hubungan baik dengan tokoh nasional, pusat kekuasaan di Jakarta, investor yang bisa sangat membantu daerah.

“Yakinlah, para mantan sudah punya segala-galnya. Mereka tak berharap jabatan dan segala macam. Hanya karena berharap Sumatera Barat ke depan harus lebih baik dan diperhitungkan secara nasional dalam segala bidang pembangunan,” jelas Marlis.

Sementara Syamsu Rahim mencermati bahwa kebersamaan dan gotong royong sudah lama hilang. Menurut dia, kunci keberhasilam membangun daerah itu adalah menumbuhkembangkan sikap kebersamaan dan  gotong royong, serta memberdayakan nagari.

Syamsu Rahim juga menyatakan sependapat dan setuju dengan pemikiran Gamawan Fauzi seperti yang dipaparkan di Kabupaten Solok, bahwa kunci keberhasilan itu adalah memberdayakan nagari. Dan dalam membanguin nagari ini, pengalaman dan pemikiran oarang orang hebat dan pintar terabaikan.

Syamsu Rahim banyak memberikan contoh-contoh yang kurang elok yang dia lihat sendiri dari seorang kepala daerah, namun dia tak ingin media mengutipnya, kecuali saat disampikan langsung sebagai kritik dan kepedulian kita terhadap daerah, kemajuan kabupaten/kota/provinsi.

Bagaimana pun, menurut Syamsu Rahim, dia setuju dan mendukung pentingnya ada forum berbagi pengalaman antara kepala daerah baru dengan para mantan, yang menurut Marlis saaat di data ada sekira 35 orang mantan kepala daerah, yang karena tak ada kesempatan dan ruang, pilih diam dan asyik dengan kegiatan pribadi.

Sam Salam mengatakan, sesungguhnya  orang yang pensiun dan tidak berkuasa lagi, hanya akibat dari aturan atau kalah dalam kontestasi Pilkada adalah orang-orang hebat yang pantas doberi nama Emeritus Leader. “Sifat kikir memberikan apresiasi terhadap para Emerituis Leaders adalah suatu keniscayaan,” tegasnya.

 Menurut Sam yang politikus Gerindra, para pecinta republik ini sudah seharusnya mengumpulkan energi para Emeritus Luaders dengan melakukan retread terhadap paramantan pemimpin tersebut. Dengan melakukan emeritus retread untuk menggali pengalaman beliau-beliau sebagai mantan pemimpin yang qualified dan expert, terutama bagi kepala daerah yang baru saja dilantik.

Konsep Emeritus Retread memang kurang populer di republik ini, karena para kepala derah pemula merasa lebih expert dari pada para mantan.  “Sudah selayaknya para pemimpin baru meminta nasehat kepada pendahulunya yang dianggap sudah experts dalam hal yang dipimpinnya (emeritus leader).

Jasman Rizal yang pernah beberapa kali dipercata menjadi penjabat  bupati dan penjabat wali kota juga sependapat betapa pentingnya para kepala daerah baru sekarang untuk memanfaatkan potensi mantan kepala daerah yang tentu sudah berpengalaman, memiliki jaringan luas.

“Dengan pengalaman mereka, mantan kepala daerah bisa menjadi jembatan penting dalam menjaga kesinambungan program prioritas daerah,”jelasnya.

Sebenarnya, Jasman saat menjadi penjabat wali kota Payakumbuh, sudah memulai suatu program yang bisa menjadikan mantan para penjabat  menjadi merasa dihargai dan dihormati, walau hanya sebatas fasilitas yang tak seberapa.

Menurut Jasman, kepala daerah harus melepaskan embel-embel partai dan tak perlu menaruh prasangka. Para mantan tak menuntut jabatan dan finansial. Mereka kalau diminta, pasti mau  berbagai pengalaman, pemikiran dan sebagainya. “Dengan pengalaman mereka, mantan kepala daerah bisa jadi jembatan penting dalam menjaga kesinambungan program prioritas daerah.

Banyak alasan kenapa ini jarang terjadi, ego politik, perbedaan partai, atau rasa takut saingan dari kepala daerah aktif. Padahal, kalau bisa disinergikan, bisa memperkuat tata kelola daerah. (BERSAMBUNG).

 

© Copyright 2022 - AjarDetik's.com | SELARAS DENGAN KEADILAN DAN KEBENARAN