Breaking News

Gawat, Ekonomi Indonesia Terancam Ulah Perang Tarif Trump, Rp 80 Ribu Triliun Lenyap dari Wall Street

 

Donald Trump dengan Saham & Dolar/ Aristya Rahadian 

 

JAKARTA, AjarDetiks.com - Bank Indonesia (BI) buka suara mengenai pengumuman Kebijakan Tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menyampaikan tiga poin dari pemantauan yang dilakukan bank sentral RI itu.

Pertama, Denny menyampaikan BI terus memonitor perkembangan pasar keuangan global dan juga domestik pasca pengumuman kebijakan tarif Trump yang baru pada 2 April 2025. Kemudian, BI mendapati pasca pengumuman tersebut dan kemudian disusul oleh pengumuman retaliasi tarif oleh China pada 4 April 2025, pasar bergerak dinamis di mana pasar saham global mengalami pelemahan dan yield US Treasury mengalami penurunan hingga jatuh ke level terendah sejak Oktober 2024.

"BI tetap berkomitmen untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, terutama melalui optimalisasi instrumen triple intervention (intervensi di pasar valas pada transaksi spot dan DNDF, serta SBN di pasar sekunder) dalam rangka memastikan kecukupan likuiditas valas untuk kebutuhan perbankan dan dunia usaha serta menjaga keyakinan pelaku pasar," lanjut Ramdan dalam keterangannya, Sabtu (5/4/2025).

Seperti diketahui, Trump telah mengumumkan kebijakan tarif yang banyak menyasar negara-negara asing yang ia tuduh "merampok" warga Amerika. Adapun barang-barang dari Vietnam, Indonesia, dan Tiongkok menghadapi beberapa pajak impor AS yang paling berat, yakni antara 32% hingga 54%. Namun masih ada harapan bahwa Trump mungkin bersedia menegosiasikan tarif tersebut lebih rendah.

Sementara itu, Trump dan pemimpin Vietnam To Lam sepakat pada hari Jumat untuk membahas kesepakatan penghapusan tarif. Kesepakatan itu menyusul obrolan di telepon yang menurut Trump "sangat produktif", karena Hanoi meningkatkan upaya untuk menghindari bea masuk sebesar 46%.

Rp 80 Ribu Triliun Lenyap dari Wall Street 

Tarif resiprokal presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang diumumkan belum lama ini mulai berdampak besar pada negara tersebut. Wall Street disebut kehilangan lebih dari Rp 80 ribu triliun dalam waktu singkat.

Reuters menuliskan dalam live updatenya, US$5 triliun (Rp 82.800 triliun) telah hilang dari Wall Street. Menurut laman tersebut, alasannya karena perang dagang yang meningkat memicu ketakutan pada resesi global.

Dalam laporan sebelumnya, Reuters juga menuliskan volatilitas yang lebih banyak mungkin akan terjadi dalam beberapa hari ke depan hingga 9 April 2025 mendatang. Tanggal tersebut ditetapkan Trump untuk penerapan tarif resiprokal tersebut.

Trump diketahui mengumumkan pembebanan tarif baru pada lebih dari 180 negara dan wilayah. Penetapannya berdasarkan kebijakan perdagangan yang dilakukannya secara menyeluruh.

Salah satu yang terdampak adalah Indonesia dengan tarif sebesar 32%. Negara lain di Asia Tenggara juga masuk dalam daftar, seperti Malaysia 24%, Vietnam 36%, dan Singapura 10%.

Sementara Jepang dikenakan tarif timbal balik sebesar 24%. China dibebankan 34% dengan total mencapai 54% karena tarif resiprokal yang dibebankan adalah tambahan dari 20% berlaku awal tahun ini.

China juga langsung membalas penerapan tarif itu. Kementerian Keuangan mengumumkan membebankan barang dari AS sebesar 34% dan akan mulai berlaku 10 April 2025 mendatang.

Komisi Tarif Dewan Negara China mengatakan kebijakan AS tidak sejalan dengan aturan dagang internasional. Praktik tersebut juga disebut Beijing sebagai intimidasi.

"Praktik AS ini tidak sejalan dengan peraturan perdagangan internasional, merugikan hak dan kepentingan sah China, dan menjadi praktik intimidasi unilateral yang khas," kata lembaga tersebut dikutip dari CNN Internasional. (cnbc/NAL)

 


© Copyright 2022 - AjarDetik's.com | SELARAS DENGAN KEADILAN DAN KEBENARAN