Breaking News

In Memoriam: Herisman Tojes, Pelukis Terkemuka Sumatera Barat

 


In Memoriam Herisman Tojes Pelukis Senandung Aransemen Petualang "Garis dan Warna" Itu Kini Telah Tiada
Herisman Tojes(alm).

 

Oleh MUHARYADI

 

PADANG, AJARDETIKS.COM – Di bulan Oktober 2017, saya membantu Herisman Tojes melobi pihak UPTD Taman Budaya Sumatera Barat agar dapat menggelar pameran tunggal perdananya. Pameran ini sekaligus persiapan memasuki ulang tahun ke 60 (enam puluh) dan purna bhakti sebagai guru di SMSR/SMKN 4 Padang sesuai tanggal kelahiranya (10 Oktober 1958-10 Oktober 2018).

Di sela sela mengajar. saya mengamati sejumlah karya Herisman Tojes sejak aktif berkarya 1986 hingga karya tahun 2017, setahun menjelang memasuki purna bhakti. Karya tersebut berupa sketsa hitam putih 29 karya dan lukisan 58 karya dalam berbagai ukuran dan format yang dikerjakan selama kurun waktu 33 tahun.

BUMI DI ATAS TELAGA,180x135cm, 2007-2008
BUMI DI ATAS TELAGA,180x135cm, 2007-2008

Selama ini Tojes menjadi pendidik dan pengajar di jurusan seni lukis di SMSR (SMKN 4 Padang) tahun 1986 telah berpameran bersama sejumlah teman-teman sebayanya di sekolah menengah kelompok seni budaya yang cuma ada tiga di Indonesia, diluar Yogyakarta dan Bali itu baik melalui melalui iven Pekan Budaya, Sumatera Biennale, temu perupa Sumatera dan lainnya maupun di sejumlah daerah di Indonesia seperti di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan beberapa daerah lain,” ujar Herisman Tojes mengawali pembicaraan.

Menurut Tojes, demikian panggilan akrabnya kelahiran Batusangkar, 10 Oktober 1958 itu, kegiatan pameran tunggalnya ini merupakan pameran perdana sejak ia menggeluti dan eksis berkarya seni rupa. Sekaligus merupakan kado istimewa, karena dalam beberapa dekade terakhir Taman Budaya Sumatera Barat tidak pernah menyelenggarakan pameran tunggal, ujar Herisman Tojes.

SEPAROH BUMI, akrilik-cat minyak di kanvas, 160x60cm (3 panel),2007-2008
SEPAROH BUMI, akrilik-cat minyak di kanvas, 160x60cm (3 panel),2007-2008

Budaya berkarya, berpameran dan berkarya lagi selain mendidik dan mengajar di sekolah juga sudah menjadi aktivitas penting seperti yang pernah dilakukan para sepuh sekolah selain mendidik dan mengajar, dimulai dari era Hasan Basri Dt. Tumbijo, Arby Samah, Hasnul Kabri, Salahuddin, Nazar Ismail, AM. Y. DT. Garang dan teman sebayanya diantaranya Ramizal, Ardim, Firman Ismail, Harnimal hingga Zirwen Hazry dan kawan-kawan.

Karya-karya yang akan ditampilkan pada pameran tunggal itu, baik sketsa maupun lukisannya menjadi kekuatan tersendiri dan modal untuk pameran tunggalnya. Misalnya sketsa hitam putih sebagai kekuatan di luar lukisan dalam puluhan tahun terakhir, terlihat harmoni garis-garis yang direfresentasikan melalui bentuk “realis ekspresif” sebagai embrio karya-karya lukisnya. Kekuatan sketsa-sektsanya terlihat melalui spontanitas garis, liukan garis-garis, garis melingkar, garis bergelombang membentuk wujud dan obyek sketsa.

GARBA, 140x120cm, 2010
GARBA, 140x120cm, 2010

Sementara karya-karya lukisannya banyak bertutur tentang fenomena alam dan kehidupan manusia itu, dengan kekuatan garis-garis yang lincah, tajam dan rinci juga diperkuat oleh unsur warna-warna menjadi pintu masuk sekaligus membuka gerbang guna menggali kedalaman baru yang lahir di tangannya.
 

Hampir setahun kemudian, kepala UPTD Taman Budaya, Dinas Kebudayaan, Sumatera Barat, Drs. Muasri didampingi Kasi Pameran dan Pertunjukkan Sexri Budiman memberi tahu sesuai proposal pameran yang saya ajukan bersama Herisman Tojes bahwa ; untuk tahun 2018 bertepatan di usia 60 tahun, pameran tunggal tak bisa dilaksanakan karena masalah teknis. Pameran baru digelar setahun kemudian sejak 9 sd 15 September 2019 di galeri Pameran, Jalan Diponegoro 31 Padang.

Menghipnotis Mata Publik

Di Pameran ini karya-karya Herisman Tojes mampu merayakan mata penikmat bahkan dapat menghipnotis mata publik, karena tidak terlepas dari persoalan adanya keunikan tema, bentuk dan makna yang dimunculkan dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Jalur Kehidupan#2, ,180x120cm (3 panel),2008
Jalur Kehidupan#2, ,180x120cm (3 panel),2008

Sapuan warna-warna lembut bahkan mayoritas terkesan dingin dengan beragam eksplorasi gerak garis berjudul “NUANSA 9” 70 x 70 cm (9 panel) akrilic 2019 pada sembilan kanvas-kanvas berukuran kecil dan kosong, yang sesungguhnya belum tahu diarahkan kemana diisi dengan varian garis dan warna-warna kreativitas baru bernilai estetis.

Herisman Tojes menyapukan warna biru mendominasi kanvas (9 panel) itu. Kemudian diikuti kekuatan warna hijau, hijau kekuningan dan kuning. Goresan warna oranye, merah dan merah muda mampu memberi penekanan dimensi dan getaran emosi yang berawal dari sebuah perenungan akan hakikat garis dan warna pengisi ruang dan bidang dikaryanya ini. Kekuatan kesembilan panel pada karya ini selesai disana.

MISTERI ALAM, akrilik di kanvas,135x135cm,2008
MISTERI ALAM, akrilik di kanvas,135x135cm,2008

Karya-karya yang tampil berisikan fenomena alam mengandalkan kekuatan garis dan sapuan warna-warna menjadi kekuatan. Tuturan konsep alam berawal dari karya Era Baru, cat minyak, 135x135cm, 2006 terlihat gradasi warna-warna dengan intensitas berbeda. Bukit menjulang, di latar depan terdapat tebing-tebing tinggi dan beberapa obyek bangunan, di tengahnya ada aliran sungai mengalir tenang, bagian paling depan dibiarkan kosong mengisi ruang — entah alasan apa kekosongan tersebut bisa terjadi — menjadi kesatuan karya. Dengan eksplorasi garis-garis yang dominan di sketsanya terlihat menyatukan sapuan warna-warna minimalis, lembut, tipis, terlihat justru menarik dan memukau mata.

Tuturan bumi itu bulat direfresentasikan melalui tiga karya, berjudul Hilang,.2008, Misteri Alam, akrilik,135x135cm, 2008 dan Separoh Bumi, 160x60cm (3 panel), 2007-2008. Eksplorasi ketiga karya berbeda dengan karya-karya sebelumnya. Diantaranya, lukisan Hilang yang digarap secara dekoratif simbolik mengutarakan bumi yang bulat. Piuhan garis-garis tipis coklat tua, coklat muda, garis batas hijau muda membentuk bulatan, menyempurnakan isi karya. Ada perbukitan dan rumah-rumah yang mulai miring penanda alam yang rusak. Ada pesan tersembunyi, yakni peliharalah bumi dengan segala isinya.

Lukisan lain Misteri Alam, 135x135cm, 2008 dan Separoh Bumi, 160x60cm (3 panel), 2007-2008 melengkapi kesempurnaan karya yang bertutur tentang bumi. Kedua karya mengeksplorasi garis-garis melingkar dengan kekuatan warna-warna plakat. Mata kita diajak berkelana pada indahnya garis dan warna-warna plakat.

Perihal embrio Tojes melalui empat karyanya berjudul : Jalur kehidupan, 135x135cm, 2006, Aborsi, 135x135cm, 2007, Jalur Kehidupan#2, 180x120cm (3 panel), 2008 dan Garba, , 140x120cm, 2010. Satu diantaranya Garba, identik dengan ruang persemaian benih, bagi nafas bermula di titipkan. Di ruang gelap nafas mulai didenyutkan menuju lorong panjang menuju poros peradaban.

Pada garba siklus anak Adam tersemai. Datang dan pergi, kelahiran dan kematian mengiringi pusaran waktu, memenuhi takdir. Garba dipadankan dengan kelembutan kasih, kehormatan, nilai menjaga harkat. gerbang pancaran dunia, tali generasi para penganyam tali zaman yang berhamburan dari ruang gelap, liang garba. Pada karyanya ini tercium, jika garba kini tak lagi sakral, bagi cikal bakal kelahiran. Laju peradaban bertukar identitas di ruang aborsi, pezinahan dan prostitusi yang menjadi komuditas, dalam ruang pesta kelamin.

Karya Herisman Tojes yang cukup menarik berjudul Bada Mudiak, 100x135cm, 2016. Bada jenis ikan teri yang hidup di laut menarik perhatiannya yang diberi perumpamaan menjadi bahasa simbolik pada tingkah laku manusia. Ikan teri hidup berkelompok. Hal ini dapat dilihat dari kata adat sebagai berikut :

“Bak bada sabondong mudiak,
Diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi :
“Ibarat/bagai ikan teri serombongan ke udik/ hulu

Perumpamaan ini menggambarkan kehidupan rukun dan damai, seiya-sekata menjadi tujuan hidup dalam keluarga, bertetangga, berbangsa bahkan bernegara. Di tengah pergaulan masyarakat diharapkan tidak terjadi perselisihan, selalu tentram, harmonis, serasi seperti kawanan ikan teri.

Perhatikanlah lukisan ini betapa banyaknya ikan teri dalam kelompoknya. Mereka menjalin persaudaraan. Hidup berkelompok, musuh yang hendak membinasakan menjadi takut. Iringan kelompok ikan tampak menarik dan indah. Kehidupan berkelompok ini dapat digambarkan dalam kata adat sebagai berikut :

“Sabondong hilie, sabondong mudiak”
Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai berikut :
“Serombongan hilir, serombongan mudik”

Kekuatan Garis dan Warna

Ketika Herisman Tojes mempelajari unsur terkecil dari sebuah karya, akan banyak gaya dan macam varian baru yang bisa kita gali. Memahami garis sebagai salah satu unsur formal menjadi hal dominan hingga membuka kreasi harmoni. Apalagi jika menyeruak untuk memahami lebih jauh unsur warna ke kanvas menjadi pintu masuk guna menggali kedalaman baru karya-karya yang pernah lahir di tangannya.

Kekuatan garis dan warna didasari konsep tutur subjektif guna dapat menterjemahkan obyek, tema atau gagasan yang dikemukakan secara refresentatif. Herisman Tojes mencoba masuk ke dalamnya. Yang muncul adalah harmoni garis dan warna menjadi kekuatan baru memuat nilai nilai asrtistik dan estetik tinggi.

Hampir semua lukisan Herisman Tojes masuk dalam ranah Surealis menampilkan objek dan backround realis, dengan makna dan kesan imajinasi seperti didalam dunia fantasi yang muncul kemudian, terkesan supernatural, menembus batas-batas antar dimensi, tidak biasa dan tidak dapat diterjemahkan secara utuh. Ekspresi imajinasi yang absurd dari Herisman Tojes menampilkan kesan gambar di tengah hamparan luas yang hampa

Lihat juga sketsa hitam putih sebagai kekuatan di luar lukisan dalam puluhan tahun terakhir, terlihat harmoni garis-garis yang direfresentasikan melalui bentuk “realis ekspresif” sebagai embrio karya-karya lukisnya. Sebagian sketsa-sketsanya merupakan cikal bakal lukisanya yang terlihat melalui spontanitas garis, liukkan garis-garis, garis melingkar, garis zig-zag, garis bergelombang membentuk wujud dan obyek sketsa.

Pada akhirnya pameran tunggal perdana ini, merupakan akhir dari perjalanan sang petualang garis garis dan sapuan warna warnanya yang penuh ritme bagai aransemen musik dengan senandung nada nada indahnya. Ia pun sepertinya menantang realitas konvensional, merayakan alam bawah sadar, dan membebaskan imajinasi dari belenggu logika.

Semua itu kini menjadi saksi bisu dari ratusan karya yang pernah lahir dari rahim kreativitasnya dalam sejarah baru seni rupa Sumatera Barat untuk Indonesia.

Herisman Tojes menghembuskan nafas terakhirnya Minggu 18 Mei 2025 pukul 05.00 Wib. di rumah sakit Siti Rahmah Padang dan dikebumikan sorenya sekitar pukul 17.00 Wib di TPU Air Dingin, Koto Tangah, Kota Padang dihadiri keluarga, kaum kerabat dan teman teman seniman yang sejak mendapat khabar Herisman Tojes Meninggal Dunia tetap setia bertahan mendampingi jenazah hingga mengantar ke peristirahatan terakhirnya.

Innalillahi Wainnaillaihi Rojiun. Selamat jalan sahabatku, Herisman Tojes. (***)

(Muharyadi, Penggiat Seni Rupa, Kurator dan Jurnalis)

© Copyright 2022 - AjarDetik's.com | SELARAS DENGAN KEADILAN DAN KEBENARAN