AJARDETIKS.COM — Ramainya pengibaran bendera One Piece menjelang peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia bukan sekadar urusan kain bergambar tengkorak, melainkan sinyal penting: ada yang perlu kita benahi dalam pemahaman simbol negara di tengah generasi muda.
Ya, bendera itu bukan bendera negara. Ia bukan lambang separatisme, bukan juga propaganda asing. Tapi saat dikibarkan di momentum sakral seperti Hari Kemerdekaan — dan bahkan dalam beberapa kasus disandingkan dengan Merah Putih — maka batas ekspresi dan etika kebangsaan menjadi kabur.
Mari kita perjelas: Merah Putih bukan sekadar bendera, ia adalah simbol kehormatan tertinggi bangsa. Di balik kain merah dan putih itu terkandung darah, air mata, dan nyawa pejuang yang gugur tanpa pernah menonton anime atau mengidolakan bajak laut.
Ketika bendera fiksi dikibarkan bersebelahan dengan Merah Putih — bahkan dalam semangat protes atau satire sosial — maka ada potensi disorientasi nasionalisme. Ini bukan soal alergi terhadap pop culture, tapi soal menjaga ruang sakral bangsa dari percampuran simbolik yang keliru.
Yang Dibutuhkan Bukan Marah, Tapi Melek Literasi Simbolik
Reaksi berlebihan yang langsung menggiring ke pasal pidana bisa kontraproduktif. Tapi diam dan membiarkannya dianggap remeh pun tak bijak. Solusinya adalah literasi, bukan represi. Tugas pemerintah, pendidik, dan media adalah menjelaskan:
Bahwa ekspresi kreatif boleh, tapi tempat dan konteks menentukan makna.
Bahwa bendera fiksi bukan musuh, tapi juga bukan sejajar dengan simbol negara.
Bahwa cinta tanah air tak harus kaku, tapi juga tak boleh kabur.
Jika kalian kecewa pada keadaan negeri ini — silakan protes, kritik, suarakan aspirasi. Tapi jangan jadikan simbol negara sebagai korban kekesalan. Merah Putih tak bersalah atas kebijakan yang tak adil. Ia milik kita semua, dari Sabang sampai Merauke, dari tukang parkir sampai Presiden.
Ingatlah: bendera bukan hanya tentang kibaran kain, tapi tentang arah kompas kebangsaan. Jika simbol bangsamu saja tak kau jaga, lantas nilai apa yang tersisa dari nasionalismemu?
Jadi, tak perlu meributkan bendera One Piece — selama tak menyentuh kehormatan Merah Putih. Tapi juga jangan permisif terhadap kebingungan simbolik. Negara bisa kuat bukan karena marah, tapi karena mampu mendidik bangsanya agar paham apa yang boleh, apa yang tidak, dan mengapa itu penting. (YURNALDI)
Social Header