Breaking News

Zeynita Gibbons, Perempuan Wartawan Hebat Luncurkan Buku “Di Bandara Heathrow Semua Bermula dan Berakhir"

 


Wartawan senior Zeynita Gibbons. (Foto Yurnaldi)

PADANG, AJARDETIKS.COM – Sumatera Barat banyak melahirkan tokoh wartawan hebat di Indonesia sejak era sebelum kemerdekaan sampai sekarang. Hanya saja, untuk perempuan wartawan tidaklah banyak. Namun demikian, Sumatera Barat sudah mencatatkan Roehana Keddoes sebagai wartawan perempuan pertama di Indonesia.

Ia aktif menulis untuk media massa, terutama media yang berfokus pada pembaca perempuan, seperti Poetri Hindia, surat kabar perempuan yang mulai terbit 1908 di Batavia. Kemudian Soenting Melajoe. Pada 10 Juli 1912, atas inisiatif Roehana, media ini didirikan sebagai surat kabar perempuan pertama di Minangkabau (dan mungkin di Indonesia). Ia menjabat sebagai pemimpin redaksi dan secara teratur menulis setidaknya dua artikel di setiap terbitan selama sekitar sembilan tahun. Dalam koran tersebut, Roehana membahas isu sosial penting seperti pendidikan perempuan, poligami, dan norma-norma tradisional yang mengekang hak perempuan.

Lalu, pascakemerdekaan sampai Orde Baru, ada nama Ani Idrus (1918-1999), kelahiran Padang Panjang. Dia Co-Founder Harian Warpada (Medan, 1947). Ani Idrus juga dikenal sebagai pionir jurnalisme wanita di Indonesia. Ia produktif menulis isu-isu sosial politik.

Kemudian, muncul Zeynita Gibbons, yang bekerja sebagai wartawn di Kantor Berita Antara. Perempuan Kelahiran Muara Labuh, Solok, 6 Januari 1957 ini pernah menjabat Kordinator Liputan Internasional di Kantor Berita Antara. Sejak 2005 hingga sekarang Koresponden Berita Inggris dan Eropa untuk Berita LKBN Antara Indonesia. Sejak Maret 2021 pulang ke Indonesia dan menetap di kampung halamannya di Paninjawan, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.

Senin (4/8/2025), bertempat di Kantor Antara Biro Sumatera Barat di Padang, buku terbaru karya Zeynita berjudul  Di Bandara Heathrow Semua Bermula dan Berakhir” (Penerbit Pustana Artaz, Juli 2025, viii +319 halaman) diluncurkan oleh perempuan sastrawan  Sastri Bakry, Ketua perkumpulan penulis Indonesia SatuPena Sumatera Barat.

“Alhamdulillah, saya merasa tersanjung meluncurkan buku keren karya wartawan senior Zeynita Gibbons,” ujar Sastri Bakry.

 

Sastrawan Satri Bakry meluncurkan buku karya wartawan senior Zeynita Gibbons. (Foto Iggoy)

Pada peluncuran buku tersebut hadir  wartawan senior yang mantan wartawan Kompas Yurnaldi Paduka Raja , Eko Yanche Edrie , Bagindo Armaidi , budayawan Teaterwan Edi Utama, Suhendri Mamak Kito , akademisi prof Novizar Nazir , Kepala Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, Leksi Hedrifa, kepala biro LKBN Antara, Syarif Abdullah, penyair prolifik Saunir Saun. sahabat2 dekat Nanik Muis, Essy dan beberapa tokoh dan mahasiswa tampak hadir.

Dalam hantaran karanya, Sastri menggambarkan Zeynita Gibbons sebagai “Perempuan langit yang dda di bumi”.

"Perempuan langit yang ada di bumi" adalah sebuah metafora yang menggambarkan perempuan Zeynita Gibbons. Metafora ini mungkin bisa berlebihan tetapi bisa juga tidak. Sangat tergantung pada pengalaman batin masing-masing. 

Budayawan Edy Utama. (Foto Yurnaldi/Ajardetiks.com)

“Puluhan tahun yang lalu”, kata Sastri,”ketika ia bertugas sebagai wartawan yunior di salah satu koran daerah di Padang, banyak yang mengatakan pada saya agar mencontoh Zeynita Gibbons. Seorang jurnalis Indonesia asal Minangkabau yang telah berpengalaman dalam bidang jurnalistik selama bertahun-tahun.”

Zeynita memulai karirnya sebagai staf perpustakaan di LKBN Antara namun kemudian ia berkembang menjadi jurnalis yang diperhitungkan.

"Lihat nih, dengan menulis ia bisa keliling dunia, kutipan tulisannya banyak diambil koran-koran," ujar senior saya waktu itu.

Menurut Sastri, percakapan itu berkesan baginya. Sejak saat itu ia sering mengikuti tulisannya di LKBN Antara maupun di koran kutipannya. “Saya bangga karena perempuan bisa keluar negeri, bertugas di London, Inggris, meliput berita- berita , laporan kegiatan , kesehatan dan kebudayaan. Ia mempromosikan Indonesia. Saking ingin belajar dari Zeynita , saya ingin ketemu langsung tapi tak pernah bisa terkoneksi. Ketika saya mendapat no whatsappnya saya bahagia sekali. Saya lalu memberanikan diri menyapanya. Sayang tak bersambut.”

Sastri melanjutkan, “lama saya berpikir mungkin karena saya bukan siapa-siapa, makanya tak direspon. Saya merasa seperti langit dan bumi. Ia perempuan langit dan saya perempuan bumi.”

Perempuan langit menurut dia perempuan yang susah digapai karena tinggi karirnya.

“Beberapa tahun kemudian, pada sebuah acara, saya ketemu Zeynita Gibbons bahkan datang ke rumah saya bersama Nanik Moeis, seorang pegiat literasi.”


Peluncuran ditandai penyerahan buku oleh penulis Zeynita Gibbons ke sejumlah tokoh.  (foto Iggoy/Antara).

“Kesan saya selama ini langsung berubah. Ia memang seseorang yang memiliki kualitas-kualitas yang luar biasa, seperti kebijaksanaan, keindahan, dan kekuatan. Ia juga adalah wanita yang anggun , elegan dan memiliki kelembutan seperti langit yang luas dan indah, namun meski berkarir tinggi ternyata ia bersikap rendah hati, bertutur kata lembut, yang membuatnya menjadi seseorang yang istimewa dan unik.

Hal itu tentu saja karena ia memiliki jiwa dekat dengan Tuhan, dan memiliki pandangan hidup yang tinggi dan luas seperti langit. Karena ituIah ia tetap perempuan langit yang berada di bumi. Sejak saat itu pertemanan kami menjadi lebih intensif. Beragam peristiwa yang kami lewati, akan menjadi berbuku- buku jika diceritakan.

“Ketika Zeynita menyodorkan bukunya pada saya untuk diberi pengantar, saya membayangkan judulnya. Seolah berada di antara kerumunan penumpang yang berlalu-lalang, di tengah hiruk pikuk bandara yang tak pernah tidur, seorang jurnalis telah menemukan inspirasi untuk mengabadikan kisah-kisahnya. 'Di Bandara Heathrow Semua Bermula dan Berakhir' bukan hanya sebuah judul buku, melainkan sebuah metafora bagi kehidupan yang penuh dengan perjalanan, pertemuan, dan perpisahan.

Dalam buku ini, Zeynita membawa pembaca dalam sebuah perjalanan yang melintasi waktu dan ruang, dari awal karier jurnalistik hingga momen-momen pribadi yang paling intim. Dengan pena yang tajam dan mata yang jeli, Zeynita menggambarkan kehidupan sebagai sebuah perjalanan yang tak terprediksi, penuh dengan liku-liku dan kejutan.

Melalui kisah-kisahnya, Zeynita menunjukkan bahwa kehidupan adalah sebuah kanvas yang terus-menerus berubah, dengan warna-warna yang berbeda-beda dan garis-garis yang tak terduga. Dan di tengah-tengah semua itu, Zeynita menemukan makna dan tujuan, seperti sebuah pesawat yang menemukan jalur penerbangannya.

  

 Yurnaldi, Suhendri, Armaidi Tanjung, Zeynita Gibbons, Sastri Bakry.

Buku ini adalah sebuah refleksi dari kehidupan yang kompleks dan dinamis, sebuah pengakuan dari seorang jurnalis yang telah melihat dan mengalami banyak hal. Dengan bahasa yang indah dan kaya metafora, Zeynita mengajak pembaca untuk melihat kehidupan dari perspektif yang baru, untuk menemukan keindahan dalam kekacauan, dan untuk menghayati setiap momen sebagai sebuah kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.

“Saya patut berbangga, karena salah satu tulisan Zeynita mengupas tentang saya, alhamdulillah. Jadi, mari kita memulai perjalanan ini bersama-sama, dengan membuka halaman pertama dari 'Di Bandara Heathrow Semua Bermula dan Berakhir', dan menemukan keajaiban kehidupan yang tersembunyi di setiap kata dan kalimat agar kita bisa mengambil hikmah,” jelas Sastri. (YURNALDI)

© Copyright 2022 - AjarDetik's.com | SELARAS DENGAN KEADILAN DAN KEBENARAN